Usianya baru 16 tahun, namun Muhammad
Ma'ruf sudah hapal 20 juz Alquran. Kemampuannya diuji di ajang Seleksi
Tilawatil Quran (STQ) Nasional ke-23. Gelaran Seleksi Tilawatil Quran (STQ)
Nasional ke-23 di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta menghadirkan pemandangan
menarik. Tidak hanya orang dewasa, gelaran tahunan ini juga menampilkan wajah
anak-anak sebagai peserta.
Sejumlah anak berusia di bawah
16 tahun berseliweran di tiga arena seleksi. Kebanyakan dari mereka mengikuti
kategori hapalan di bawah 20 juz dan tilawah anak (membaca Al-Quran sesuai
tajwid-nya). Muhammad Ma'ruf, adalah salah satu contohnya. Peserta asal Jawa
Barat ini baru berusia 15 tahun. Namun jangan ragukan kemampuannya menghapal
Alqruan. Saat ini, Ma'ruf sudah sanggup menghafal 20 juz.
Ditemui di ajang STG
NAsional, Ma'ruf mengaku baru pertama kali mengikuti acara ini. Motivasi ingin
mengikuti jejak seorang kawannya yang mampu menghafal 30 juz Al-Quran saat di
kelas 5 sekolah dasar menghantarkannya ke ajang ini.
"Teman pesantren saya itu
bisa menembus MTQ internasional, saya jadi ingin seperti dia," katanya. Momen
mendebarkan uji kemampuan hafalan Ma'ruf baru akan diuji besok, Rabu, 12
Agustus 2015. Dia sedikit cemas menghadapi itu. "Bantu doa saya
ya," pintanya.
Rona tegang juga masih tersisa
dari raut peserta asal Papua, Qoda Rosmadi. Bocah berusia 12 tahun ini telah
menunjukkan kepiawaiannya membawa tilawah untuk kategori anak 12 tahun. "Tak
terukirkan," katanya sembari tersenyum.
Sedikit rasa tak percaya diri
sempat menyelimuti perasaan bocah usia 12 tahun itu. Dia merasa ada sedikit
kekurangan dari penampilannya. "Agak sedikit fals," katanya
dengan logat Papua yang kental. Berbeda dengan Ma'ruf dan Qoda, wajah Habib
Arwani tampak santai. Bocah asal Kabupaten Keerom, Papua itu akan turun pada
kategori hafalan satu juz. Ditanyai kesiapannya, dia hanya melemparkan tawa.
Banyaknya peserta anak hingga
remaja ini diapresiasi betul oleh Koordinator Majelis Hakim STQ ke-23 Dr. Ahsin
Sakho Muhammad. Dia mengatakan dengan adanya peserta anak artinya nilai-nilai
Al-Quran sudah tumbuh di dalam keluarga Indonesia.
"Keluarga menjadi pilar
terakhir nilai-nilai agama dan kebangsaan," katanya. Ahsin juga berharap
Al-Quran bukan hanya menjadi hafalan semata. Melainkan dapat dipahami dan
dipraktikan untuk memberi kemajuan bagi bangsa.
※ Ya Allah... semoga
yang membaca artikel ini :
¤ Muliakanlah orangnya
¤ Yang belum menemukan jodoh semoga lekas dipertemukan
¤ Yang belum mendapatkan keturunan semoga cepat mendapatkannya
¤ Semoga tergerak hatinya untuk bersedekah
¤ Yang laki2 entengkanlah kakinya untuk melangkah ke masjid
¤ Bahagiakanlah keluarganya
¤ Luaskan rezekinya seluas lautan
¤ Mudahkan segala urusannya
¤ Kabulkan cita-citanya
¤ Jauhkan dari segala Musibah, Penyakit, Prasangka Keji
¤ Jauhkan dari segala Fitnah, Berkata Kasar dan Mungkar.
Aamiin ya Rabbal'alamin.
¤ Muliakanlah orangnya
¤ Yang belum menemukan jodoh semoga lekas dipertemukan
¤ Yang belum mendapatkan keturunan semoga cepat mendapatkannya
¤ Semoga tergerak hatinya untuk bersedekah
¤ Yang laki2 entengkanlah kakinya untuk melangkah ke masjid
¤ Bahagiakanlah keluarganya
¤ Luaskan rezekinya seluas lautan
¤ Mudahkan segala urusannya
¤ Kabulkan cita-citanya
¤ Jauhkan dari segala Musibah, Penyakit, Prasangka Keji
¤ Jauhkan dari segala Fitnah, Berkata Kasar dan Mungkar.
Aamiin ya Rabbal'alamin.
“Bila kau tak tahan
lelahnya belajar maka kau harus tahan menanggung perihnya kebodohan” (Imam
Syafi’i)