Senin, 21 September 2015

✿ Rahasia Sukses Sang Hafidzah Cilik Indonesia.


Di usianya yang masih sangat belia, Hilyah sudah terhitung cukup matang dalam membaca Al-Qur'an dengan tartil. Seakan-akan ia sudah mengerti benar bagaimana cara membaca Al-Qur'an menurut kaidah ilmu tajwid. Ditambah lagi kefasihannya dalam menyebutkan huruf-huruf hijaiyah (makharijul huruf). Padahal menurut sang ayah, secara teori sama sekali murid TK B itu belum mengerti sama sekali.

Hilyah belum tahu jika ada yang dibaca pendek disebut A, dibaca panjang disebut B, seperti yang dijabarkan dalam kaidah ilmu tajwid. "Bacaan Hilyah bisa tartil karena dari awal sudah dikenalkan makharijul hurufnya. Dan untuk mengenalkan itu memang tergantung guru yang mengajarkan. Kita kenalkan cara membaca denan tajwid yang benar. Sehingga ketiak dia sudah baca, tajwidnya sudah bagus, termasuk ketika menghafal," jelas sang ayah panjang lebar.

Dengan demikian, meski gadis cilik ini terbilang awam soal kaidah membaca Al-Qur'an, tetapi apa yang dibacanya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, lantaran ia mampu baca Al-Qur'an seperti bacaan orang yang sudah paham ilmu tajwid.

Rahasia Semasa Hamil.

Dibalik kemampuan Hilyah menghafal ayat-ayat Al-Qur'an dengan cepat, ternyata semua itu tak terlepas dari kebiasaan sang ibu yang rajin membaca Al-Qur'an selama mengandung Hilyah. Nuroniyah telah mengkhatamkan Al-Qur'an sebanyak 10x ketika Hilyah masih di dalam perut. Dan setiap kali akan membaca, ia selalu membiasakan diri berdialog , mengajak bicara janin Hilyah sembari mengatakan, "Dek, dengarkan ya, mama mau baca Al-Qur'an". 

Perempuan alumnus kebidanan itu meyakini bahwa otak janin telah mampu merespons segala yang ia dengar. Sejak di dalam rahim, anak sudah dapat belajar, merasa dan mengetahui perbedaan antara gelap dan terang. Keyakinan sang bunda memang telah banyak dibuktikan oleh para ilmuwan bidang pendidikan anak dalam kandungan yang telah banyak melakukan riset baru dan riset ulang secara kontinyu dengan membuat langkah-langkah dan metode baru mengenai praktek pendidikan pralahir ini.

Bahkan riset yang dilakukan F. Rene Van de Carr, dkk, menyatakan bahwa stimulus pada bayi pralahir akan membawa dampak positif seperti cepat mahir bicara, menirukan suara, menyebutkan kata pertama, tersenyum secara spontan, mampu menoleh ke arah suara orang tuanya, lebih tanggap terhadap musik, dan juga mengembangkan pola sosial lebih baik saat dewasa.

Oleh karena itu, tak heran bila Hilyah kemudian mampu beradaptasi sangat cepat terhadap segala hal yang ia dengar, lihat dan rasakan. Hilyah yang begitu masif dihujani bacaan-bacaan Al-Qur'an sejak dalam kandungan akhirnya dengan mudah membaca Al-Qur'an ketika usianya baru memasuki 3 tahun.

Masa Golden Age.

Hal lain yang tak kalah penting dilakukan orang tua Hilyah adalah konsistensi memperdengarkan bacaan-bacaan Al-Qur'an dan mengajarkannya. Begitu Hilyah terlahir dengan selamat, kedua orang tuanya dengan massif melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an di hadapan Hilyah. Dalam segala suasana, bayi Hilyah selalu mendengar kalimat-kalimat thayyibah tersebut.

Begitu memasuki usia 6 bulan, kedua orang tua Hilyah utamanya sang ibu, secara khusus mulai memperkenalkan huruf-huruf hijaiyah. Dengan dibantu alat peraga yang dirancang keduanya secara khusus dari kertas kardus, dibuatlah huruf-huruf hijaiyah menjadi menarik mata. Lalu bayi Hilyah diletakkan di hadapan balok-balok huruf hijaiyah yang ditempel di dinding.

Secara kasat mata, apa yang dilakukan orang tua Hilyah sangat tak lazim. Sebab, bagaimana mungkin anak usia 6 bulan akan merespons ucapan orang dewasa selain senyum, tawa dan menangis? Tapi, Nuroniyah tak putus asa. Dengan niat dan tekad kuat agar anak-anaknya kelak menjadi penghafal Al-Qur'an, ia terus saja melafalkan huruf-huruf hijaiyah kendati bayi Hilyah menangis, memegang mainan dan tidak merespons ucapan ibunya.

Walhasil, manakala usia 2 tahun diajarkan metode iqro', Hilyah langsung bisa dan akhirnya lancar baca Al-Qur'an. Dan karena perkembangan yang sangat progresif inilah akhirnya Muslim dan Nuroniyah memutuskan untuk menargetkan Hilyah menghafal Al-Qur'an. Dengan kemampuannya itu Hilyah dapat menghafal secara mandiri tanpa didampingi orang tuanya.

Cukup dengan menghafal sendiri di tempat-tempat tertentu seperti kamar, ruang tamu. Dan begitu telah berhasil menghafal, barulah ia menyetorkan kepada orang tuanya. Terbukti, ketika usianya memasuki 4-5 tahun, Hilyah sudah mampu menghafal 5 juz, terhitung juz 30 - juz 26. Bahkan kini hafalannya telah merambah ke juz awal, yaitu surat Al-Baqarah.

Juara I Hafidz Indonesia.

Sadar akan kemampuan sang anak, Muslim dan Nuroniyah pun coba mengikutsertakan Hilyah ke berbagai ajang perlombaan hafal Al-Qur'an. Tujuannya tak lain untuk memotivasi dan membangkitkan semangat dan kepercayaan dari Hilyah.

Tanpa dinyana, Hilyah malah mengukir prestasi. Ia meraih juara I MHQ juz 30 Islamic Book Fair 2012, juara 1 MHQ juz 29 dan 30 di LTQ Asy Syifa, juara 2 MHQ juz 29 dan 30 di Kafila Islamic International School se-DKI Jakarta dan Jawa Barat, dan yang terbaru adalah sebagai juara 1 Hafidz Indonesia RCTI 2013.

Dari ajang Hafidz Indonesia inilah namanya melambung, dikenal masyarakat luas. Acara yang memang sangat menginspirasi orang tua ini memberi kesan tersendiri karena memang belum pernah ada sebelumnya. 

Dengan pembawaan yang tenang, Hilyah selalu mampu melafalkan ayat-ayat Al-Qur'an yang diminta dewan juri kepadanya. Mereka berdecak kagum, tak terkecuali para penonton yang hadir menyaksikannya. Bacaannya tartil, fasih, tidak terburu-buru, tapi menarik untuk didengar. Mendengar lantunan suara kecilnya yang syahdu ini tanpa terasa membuat para orang tua yang melihatnya meneteskan air mata.

Untuk menjaga hafalannya, Hilyah rutin melakukan muraja'ah (menghulang hafalan) secara acak. Terkadang juz 30, lalu juz ke 26, dan seterusnya. Yang terpenting, bilamana terdapat sedikit kendala, ayah dan ibunya langsung menggenjot kekurangan tersebut.


Ya Allah... semoga yang membaca artikel ini :
¤ Muliakanlah orangnya
¤ Yang belum menemukan jodoh semoga lekas dipertemukan
¤ Yang belum mendapatkan keturunan semoga cepat mendapatkannya
¤ Semoga tergerak hatinya untuk bersedekah
¤ Yang laki2 entengkanlah kakinya untuk melangkah ke masjid
¤ Bahagiakanlah keluarganya
¤ Luaskan rezekinya seluas lautan
¤ Mudahkan segala urusannya
¤ Kabulkan cita-citanya
¤ Jauhkan dari segala Musibah, Penyakit, Prasangka Keji
¤ Jauhkan dari segala Fitnah, Berkata Kasar dan Mungkar.
Aamiin ya Rabbal'alamin.

“Bila kau tak tahan lelahnya belajar maka kau harus tahan menanggung perihnya kebodohan” (Imam Syafi’i)


 
;